Sunday, December 23, 2018

Tugu Monas, Wisata Edukasi Dan Rekreasi Keluarga Di Jakarta

Tugu Monas, atau Monumen Nasional Jakarta adalah salah satu monumen simbolis yang paling dikenal. Tidak hanya di Indonesia, tugu monas juga menjadi salah satu landscape yang dikenal di luar negeri. Area monumen ini menjadi tempat wisata dan rekreasi favorit di Jakarta, sekaligus juga wisata edukasi dan sejarah.
Gambar mungkin berisi: 4 orang, termasuk Reni Kasparov dan Sidoel Anak Betawi, orang tersenyum, orang berdiri, langit dan luar ruangan
Tugu Monas merupakan monumen berbentuk tugu obelisk, dibangun berdasarkan perintah presiden pertama RI, Ir. Seokarno. Pembangunannya dimulai tanggal 17 Agustus 1961 dan secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
gambar monas di malam hari

Sejarah Monas

Sejarah berdirinya Monas cukup panjang. Pembangunan monumen ini sempat terhenti karena adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI (gerakan 30 September PKI)
Sejarah Monas secara umum, pembangunannya bisa dibagi dalam tiga periode:
  1. Periode tahun 1961 s/d 1965. Pada tahap ini mulai dibangun fondasi. Kurang lebih terdapat 360 pasak bumi yang digunakan sebagai fondasi pembangunan Monumen Nasional
  2. Periode tahun 1966 s/d 1968. Pada jangka waktu ini, pembangunan Monas terhenti karena adanya peristiwa pemberontakan PKI yang menggoncang Indonesia.
  3. Periode tahun 1969 s/d 1975. Pembangunan tugu Monas, fasilitas, dan area sekitarnya terus dilanjutkan. Pada akhirnya dibuka untuk umum oleh Presiden Soeharto tanggal 12 Juli 1975.
Area dimana Monumen Nasional dibangun memiliki luas 80 hektar. Area ini mengalami beberapa pergantian nama. Awalnya disebut dengan lapangan Gambir, lalu berganti nama menjadi lapangan Ikeda, lapangan merdeka, lapangan Monas, dan akhirnya dikenal dengan nama Taman Monas.

Arsitek Tugu Monas

Pembangunan Monas diawali dengan sayembara rancangan monumen yang dilakukan pada tahun 1955. Rancangan yang dipilih harus bisa memenuhi kriteria yang ditetapkan ; mampu melambangkan karakter bangsa Indonesia, dan bisa bertahan berabad-abad lamanya.
Dari sekitar 51 rancangan yang masuk, terpilih karya rancangan arsitek Frederich Silaban. Rancangan arsitek Frederich Silaban di revisi oleh Presiden Soekarno untuk memenuhi bentuk Lingga dan Yoni.
Sayangnya, karya rancangan Friederich Silaban membutuhkan biaya yang sangat besar, tidak sesuai dengan kondisi ekonomi negara saat itu.
Akhirnya presiden Soekarno menunjuk arsitek RM Soedarsono untuk melanjutkan rancangan Monas. Secara simbolis, RM Soedarsono memasukan angka 17,8, dan 45 dalam rancangannya. Ini melambangkan proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 17 Agustus 1961, akhirnya dilakukan peletakan pasak beton pertama untuk memulai pembangunan tugu Monas.

Bentuk Tugu Monas

Tugu monas dirancang mengacu pada konsep universal pasangan berupa Lingga dan Yoni. Tugu obelisk melambangkan lingga, elemen laki laki yang maskulin dan aktif. Sedangkan pelataran tugu melambangkan Yoni, elemen wanita yang pasif.
Pasangan Lingga dan Yoni ini melambangkan kesuburan dan keharmonisan. Kedua simbol ini sudah dikenal di Nusantara sejak zaman dahulu kala. Tinggi Monas kurang lebih 134 Meter. Terdiri dari 117.7 meter tinggi Obelisk, dan 17 meter tinggi cawan.

Emas Monas

Gambar mungkin berisi: 7 orang, termasuk Reni Kasparov, Sidoel Anak Betawi, dan Aron Katter, orang tersenyum, orang berdiri, langit dan luar ruangan
emas monas

Di bagian paling atas monumen ini terdapat mahkota berbentuk lidah api obor yang menyala. Lidah api ini awalnya dilapisi emas seberat 35 Kg. Satu hal yang menarik, sekitar 28 Kg dari keseluruhan emas ini merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang penguasaha Aceh yang terkenal pada saat itu. Luar biasa bukan?
Pada tahun 1995, lidah api ini dilapisi ulang sehingga total berat emas Monas di bagian ini mencapai 50 Kg.
Lidah api ini melambangkan api yang tak kunjung padam, perlambang semangat bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut oleh zaman.


Museum Lubang Buaya, Tempat Pemberontakan PKI





Sudah tahu kan kalau di depan Museum Lubang Buaya ada patung tujuh pahlawan revolusi? Nah, pahlawan tersebut adalah para jenderal yang menjadi korban penyiksaan keji PKI. Ketujuh jenderal tersebut adalah Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Siswandono Parman, Jenderal Suprapto, Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Jenderal MT Haryono, Jenderal Donald Ifak Panjaitan, dan Kapten Pierre Andreas Tendean. Saat ini, ketujuh jenazah almarhum sudah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan.




Bagian yang mencolok di sana adalah Sumur Lubang Buaya yang memiliki cahaya merah menyala. Sumur tersebut dimanfaatkan untuk membuang jenazah yang sudah disiksa dan dibunuh. Selain itu ada juga rumah-rumah yang menjadi tempat para pemberontak menyiapkan gerakannya dan dipamerkan dalam kondisi yang serupa pada tahun 1965.


Mengenal Sejarah dengan Mengunjungi Wisata Kota Tua Jakarta




Wisata Kota Tua Jakarta

Kawasan Kota Tua, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat
DKI Jakarta 11110
https://goo.gl/maps/dzaHD7uR4am

Setiap hari: 24 Jam

Gratis
Selain taman hiburan dan tempat-tempat wisata alam, tak ada salahnya jika sesekali mengunjungi tempat wisata yang sarat akan nilai sejarah. Salah satunya adalah di kawasan wisata Kota Tua Jakarta.
Meskipun berada di tengah hiruk pikuk kota metropolitan, tempat ini masih kental akan nuansa Jakarta tempo dulu. Kawasan ini pun selalu dipadati wisatawan setiap harinya, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pada awalnya, Kota Tua merupakan kawasan yang dibangun kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia. Kota Jakarta yang saat itu dikenal dengan nama Batavia menjadi kawasan pusat perdagangan dari maupun keluar negeri lewat jalur pelayaran.
Kalau kamu belum pernah berkunjung ke tempat ini, coba cari tahu info selengkapnya dengan menyimak ulasannya berikut ini. Dijamin kamu akan tertarik untuk segera mendatanginya.

Sejarah Kemerdekaan: Mengenang Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945

sebelum pembacaan teks proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945, terdapat peristiwa penting yang tidak boleh dilupakan. Peristiwa ...